Kamis, 23 Desember 2010

Wisata desa Jelat, Ciamis, Jawa Barat

 Wisata desa Jelat, Ciamis, Jawa Barat 

Bila anda ingin merasakan kehidupan yang asli dan asri di desa, cobalah datang ke desa Jelat, Kecamatan Baregbeg, di kabupaten Ciamis. Penduduk di desa ini ramah dan sangat membantu. Pekerjaan utama penduduk di desa ini adalah bercocok tanam padi sawah dan kolam ikan. Pemandangan di desa Jelat baik untuk melepaskan kelelahan, dan memberikan kesempatan bagi keluarga anda untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda.

Para tamu desa, diperkenankan untuk ikut merasakan dan belajar menanam padi dan panen padi, panen ikan gurame dan nila, member makan ayam dan mengambil telur, ataupun sekedar melihat-lihat dan ikut merasakan kegembiraan penduduk. 

Kegiatan yang dapat diikuti tentu saja sesuai dengan jadwal kegiatan yang sedang berlangsung di desa.



















Kandang Ayam Petelur
Panen ikan gurame dan nila
Persiapan menimbang hasil panen ikan

Ikutan menyiapkan sawah untuk ditanami padi?

Musim tanam padi



 





Selain mengikuti kegiatan masyarakat sehari-hari, tamu desa dapat jalan-jalan di wilayah desa Jelat. Bila diinginkan, penduduk desa menyediakan diri untuk mendampingi sehingga tamu tidak tersesat. Tamu dapat berjalan kaki meliwati persawahan, hutan kecil, naik bukit, dll. Terdapat cukup banyak sungai kecil dan sedang disekitar desa, dengan kondisi air yang bervariasi.

Jalan semen
Jalan tanah
Meliwati hutan kecil



Meliwati pematang sawah

Meliwati tepi sungai

jalan batu, dpt juga untuk pengobatan



















Track untuk bersepeda juga tersedia, dengan variasi jalan tanah, aspal, berbatu, dan berbukit.
Jalan tanah
 
Jalan tanah menuju bukit
Bekas jalan aspal & berbatu


 









 
Dari puncak bukit, bisa terlihat lampu kota ciamis pd malam hari
Desa jelat masih mempunyai hutan yang cukup rimbun. Walaupun begitu, tidak semuanya masih dimiliki oleh penduduk desa. Sebagian sudah dibeli oleh perusahaan besar, walaupun penduduk masih memiliki hak garap tanah.

Bagi anda yang suka memancing, salah satu kolam ikan yang dimiliki oleh penduduk juga berfungsi sebagai kolam pemancingan.

Tamu desa juga dapat menginap di rumah-rumah penduduk, tentu saja dengan kondisi apa adanya tetapi bersih. Tidak semua rumah memiliki jamban/kamar mandi seperti di kota. Tamu tentu saja bisa memilih.

Kolam pemancingan & tempat menginap
Bosan dengan kamar mandi kota?
Saung (tempat istirahat) disekitar sawah juga dapat digunakan untuk menginap. Penduduk dapat menyulap (dengan kelambu, kasur, bantal, dll) saung menjadi tempat istirahat yang bersih dan menyenangkan, yang akan memberikan sensasi unik bagi tamu desa. Bila anda suka camping, jangan kuatir, cukup banyak tersedia lokasi yang dapat digunakan untuk memasang tenda.
Saung di sawah, dpt dijadikan tempat menginap
Saung yang lebih besar


Bila diinginkan, aneka makanan dapat disajikan sesuai dengan cara yang sudah mereka lakukan turun temurun. Menu utama tentu saja nasi pulen, ikan gurame dan nila, dan berbagai macam sayur yang tersedia di lokasi desa Jelat. 

Jangan lupa mencoba menu oncom sambel, kelapa bakar dan tahu bulat. Pohon kelapa masih cukup banyak di desa Jelat, anda dapat memanjat dan memilih kelapa sendiri atau meminta penduduk desa untuk mengambilkan. Menu makanan tentunya dapat dipesan sesuai dengan keinginan anda. Disekitar desa terdapat beberapa pabrik tahu tradisional dan keripik pisang, jadi jangan kuatir bila anda ingin membawa oleh2.

Penduduk masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, stok kayu bakar di hutan masih cukup banyak, jadi tidak ada masalah bila anda ingin membuat api unggun sambil mendengarkan legenda masyarakat dan mendengarkan penduduk memainkan suling.

Terdapat beberapa fasilitas kesehatan yang dekat dengan desa Jelat. Bidan Eka tinggal di desa Jelat, sebuah pustu terletak di pinggir jalan desa. Puskesmas dan dua buah Rumah sakit terletak di jalan besar, sekitar 15 menit dari lokasi Desa Jelat.

Desa ini dahulu pernah terkenal karena budidaya ikannya. Foto-foto dan kliping majalah serta Koran masih disimpan oleh beberapa warga desa. Para tetua desa dengan senang hati dapat bercerita panjang lebar tentang asal-usul desa, dan keberhasilan budidaya ikan mereka.

Desa Jelat dapat dicapai dalam waktu 20 menit dengan angkutan umum dari alun-alun kota ciamis, ditambah sekitar 30 menit jalan kaki atau 5 menit naik ojek. Mobil pribadi dapat mencapai jantung desa Jelat, dengan melalui jalan kecil terbuat dari semen. Lokasi parkir kendaraan banyak sekali dan aman. Desa jelat masih terjangkau oleh sinyal telpon selular, terutama oleh telkomsel dan XL. Sinyal Indosat masih ada, tetapi lebih sering hilang dari layar telpon anda.

Kegiatan wisata desa di desa jelat ini dikoordinir oleh duet ayah – anak. Pak Nanang, salah seorang tokoh di desa Jelat, bersama Iwan, anaknya, adalah pusat informasi dan koordinator yang dapat dihubungi oleh tamu yang ingin menikmati desa Jelat. Mereka berdua bersama penduduk desa lainnya mempunyai mimpi untuk  membagi kenikmatan dan sekaligus memajukan desa Jelat.

Bila anda tertarik, silahkan menghubungi Pak Nanang di nomor 087870254213 atau Iwan di nomor: 087826264227.  Mereka juga dapat dihubungi melalui email: wisata.desajelat@gmail.com. For information in english, please use the email address.
Belum ada paket outbound yang tetap, ditentukan berdasarkan musyawarah.

File peta untuk google earth dapat diambil disini

Enjoy and have Fun !

Jumat, 17 Desember 2010

PROFIL DESA JELAT


PROFIL DESA JELAT:

Desa jelat adalah sebuah desa kecil yang termasuk wilayah jawa barat tepatnya, di Kabupaten Ciamis.Desa jelat terletak kira-kira 7 km dari pusat kota ciamis atau kearah Cirebon dan Kuningan.Corak desa jelat sendiri sebagian besar dikelilingi oleh area pesawahan dan perbukitan. Mata pencarian penduduknya 80% bertani dan sisanya wirausaha dan mengelola kolam ikan. Udara yang masih segar disertai cirri khas masyarakat pedesaan yang masih kental dengan budaya sendiri dan tata cara hidup yang masih tradisional menjadikan daya tarik tersendiri bagi desa dimana saya tinggal.


Di desa kami kebanyakan masyarakat mandi di tempat yang dinamakan “jarambah” atau jamban yang berada di kolam dan airnya berasal dari “pancuran “ dan kalau kita perhatikan tradisi seperti ini sudah jarang dipakai di daerah lain, walaupun di desa kami ini setiap rumah sudah memiliki WC sebagaimana mestinya